Sunday, September 15, 2013

SAME 2013 Berbagi Pengalaman Pribadi

Bukan perkara yang mudah memutuskan mengikuti program SAME 2013. Sebagai seorang kepala keluarga, saya mendiskusikan dengan istri dan anak-anak mengenai rencana ini. Lagi pula kalaupun mau, saya ingin mengambil waktu maksimal yang diijinkan yaitu selama tiga bulan (walaupun hal ini juga menimbulkan sedikit penyesalan mengapa ambil yang 3 bulan ?). Dalam doa saya menyerahkan semuanya kepada tangan Tuhan, apabila ini kehendakNya, semua akan dilancarkan.

Kesempatan SAME 2013 ini adalah kesempatan terakhir saya untuk pergi ke LN dalam waktu yang lama. Karena tahun depan sudah urusan dengan kuliah Karina, dan mungkin skripsi KK. Juga saya sudah semakin tw (apa sekarang ngga ? he he he?, memang telat sih ...).  Kalau SAME 2013 gagal ya sudah ngga usah mimpi pergi postdoc (apapun namanya dan waktunya ....) ke LN.

Waktu demi waktu berlalu seiring dengan pemasukan persyaratan-persyaratan dan tahapan yang dilalui (lihat http://blogs.unpad.ac.id/setiawanhadi).  Selama lebih dari 6 bulan proses berlangsung sampai akhirnya diumumkan bahwa saya bisa mengikuti program SAME 2013 dengan tujuan Swedia dalam waktu 3 bulan. Ada perasaan gembira ada perasaan takut sekaligus kuatir karena meninggalkan istri dan anak-anak serta pekerjaan lain yang bernilai lumayan (buat ukuran saya, bukan sambilan atau ngamen, tapi pekerjaan dengan ijin atasan). Setelah didiskusikan dengan istri dan anak-anak serta keluarga yang lain semua sepakat dan mendukung.

Dalam mempersiapkan keberangkatan Mum begitu perhatian, segala rupa barang dibeli dan disiapkan katanya ini cuman untuk seminggu dua minggu. Persoalan batas berat dan banyak bagasi membuat koper dibongkar berulang-ulang disesuaikan dengan syarat penerbangan. Dan memang yang dibawa sangatlah berat dan merepotkan (walaupun itu buat kepentingan saya dan banyak manfaatnya). Lagipula biaya overweight akan diganti nanti, ya udah dengan sebanyak 4 piece, 2 bagasi 2 cabin, siap dibawa menjelang hari H.

Menjelang hari H,  diawali dengan pertemuan dan syukuran keluarga tanggal 7 September 2013. Pada hari H, tanggal 8 September, keberangkatan dilakukan  seusai ibadah dan  dilepas dengan doa oleh Bapak Gembala serta jemaat, kami berangkat ke Bandara Soetta. Sebelum ke Soetta, kami  menjemput opa di rumah Suharman.

Proses keberangkatan dilalui dengan baik dan keluarga sepertinya biasa saja, termasuk Mum yang kelihatannya tegar. Ini membuat saya yang tadinya kuatir menjadi yakin Mum bisa melalui semua itu selama tiga bulan. Lagipula sudah saya siapkan perangkat komunikasi sehingga komunikasi bisa dilakukan hampir setiap waktu (dengan catatan ada sambungan internet).

Perjalanan ke Swedia berjalan lancar seperti yang direncanakan. Apa yang sudah direncanakan berjalan sesuai dengan kenyataan terlebih ternyata apa yang sudah ada di apartemen sudah lebih dari cukup. Demikian juga keperluan akan toko makanan dan perlengkapan dapat diperoleh dengan mudah setelah melalui eksplorasi dan komunikasi dengan rekan-rekan yang sudah lebih dulu ada (sok kenal dan banyak bertanya he he he).

Demikian juga dengan ibadah. Tuhan sudah atur sehingga saya bisa dapat tempat tinggal yang baik, walaup agak jauh dari kampus, bisa pergi ke gereja yang sesuai (walau dalam bahasa Swedia yang ditranslate). Pokoknya semua sudah diatur oleh Tuhan. Tentunya ini hal yang luar biasa. Dan saya yakin selama saya berharap kepadaNya, Dia tidak akan meninggalkan saya, termasuk juga keluarga (Mum dan Naxs).

Apa boleh dikata, kalau pada saat berangkat saya melihat Mum begitu tegar, ternyata pada hari ketiga Mum bilang dia ngga bisa bobo dan suka nyes di jantungnya hingga ngga bisa tidur dan lemes2. Bahkan Mum minta saya dua bulan aja jangan tiga bulan. Di WA malah bilang udah ngga kuat lagi kalau begini. Wah wah wah ada apa ini? Waktu saya tanya Mum kuatir akan Dad? Dia bilang ngga, jadi apa sebetulnya penyebabnya? Mum juga ngga tahu. Ke Dokter malah diberi obat tidur dan dibilang alam bawah sadarnya aktif .... Apa pula inih ya .... Padahal komunikasi sangat intensif dg Skype, WA, Line bahkan SMS.

Satu hal lagi adalah pengubahan atau sebut saja mengembalikan jam kerja sehingga bisa sinkron dengan di Indonesia. Indonesia dan Swedia beda 5 jam. Swedia lebih lambat, sehingga kalau saya bangun pagi dalam waktu Swedia, waktu di Indonesia sudah jam 11 san, sudah siang.  Jadi saya kembalikan waktu saya ke WIB. Saya tidur jam 6 sore sd jam 12 malam, kerja jam 12 malam sd jam 6 sore, waktu Swedia. Dengan demikian saya bisa ketemu keluarga pagi-pagi dan ngobrol pada waktu malam waktu Indonesia. Secara porsi kuantitatif ya sama aja hanya apakah secara kualitatif baik untuk otak dan fisik hal ini sesuai apa ngga, yaaaah kita lihat saja bagaimana ....

Dari jauh saya hanya bisa berdoa dan berharap Mum bisa mengatasi semua itu. Tanpa obat. Memang saya menyadari beban yang berat untuk mengurus rumah tangga dan kegiatan-kegiatan lain. Dilakukan semuanya sendiri. Belum lagi anak-anak yang memang sedang bertumbuh, KK yang sedang .... dan Ina menghadapi tugas dan ulangan. Wah kasian sekali Mum; ini yang membuat saya bertanya apakah saya salah mengikuti program SAME? Kan sebelumnya sudah berdoa dan meminta petunjuk ? Kalau tidak diridhoi bisa saja  gagal .... Atau .... Atau ... Atau ... Saya juga ngga tahu. Saya juga merasa kemampuan saya tidak ekselen untuk mengikuti program ini tapi yah gimana yah ... sudah tercebur dan harus serius semampunya ....

Inilah beban yang dihadapi saat ini, mudah-mudahan segera dapat diatasi baik persoalan Mum, dan juga aktivitas yang akan saya lakukan untuk memenuhi target program SAME ini. Kita lihat ....



No comments: